Intan dikenal sebagai batu abadi yang
memancarkan kilau yang menawan, karena tersusun dari beberapa ikatan karbon (Pudjatmaka, 1999). Intan memiliki sifat yang keras dibandingkan batu karbon yang lain.
Di alam Intan hanya sedikit terdapat di belahan bumi yang mana ukurannya juga
sangat kecil (Shacer, 2012). Adanya
kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
ilmu kimia, pembuatan intan dapat direkayasa, yakni dengan menyusun rantai
karbon yang serupa dengan rantai karbon alami penyusun batu Intan. Intan merupakan istilah benda yang tersusun
dari senyawa karbon tetrahedral yang berbentuk batu. Istilah ini sudah tidak
asing di dengar di telinga manusia dalam kehidupan sehari-hari. Batu Intan
banyak didambakan dan menjadi idaman banyak generasi baik tua maupun muda
khususnya bagi para kaum wanita yang ingin tampil cantik dengan segala
aksesoris yang berkilauan. Selain itu, karakteristik intan yang luar biasa
keras, mampu merambatkan panas lima kali lebih baik dibanding tembaga, dan
memiliki sifat tranparansi seperti halnya sinar-x dan sinar laser (Riawan, 2013). Intan memiliki
sifat-sifat yang alami yang membuatnya seolah tak tergantikan dalam
penggunaannya secara teknis dalam berbagai aplikasi. Seperti yang telah
diketahui pada umumnya, batu Intan yang dihasilkan alam sangatlah langka.
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam artikel ini
banyak diberikan informasi bahwa intan dapat dibuat dengan jalan kimia rekayasa (Riawan, 2013). Warna yang terdapat pada intan dapat dibentuk dipengaruhi oleh
berbagai hal. Batu intan dapat di proses menjadi berlian yang cantik dan menawan. Kehendak alamiah telah mengatur intan yang terbentuk di alam
adalah berukuran terbatas. Sebab inilah diantaranya yang membuat orang demikian
menginginkan dan amat menghargai intan. Terobosan kemajuan teknologi masa kini
memungkinkan membuat intan buatan dengan ukuran yang sesuai dengan keinginan
pembuatan serta tak dibatasi batasan kondisi alami (Pudjatmaka, 1999). Hal demikian pada gilirannya memberikan keleluasaan yang tak
terhingga bagi seorang perancang hiasan yang kreatif (Shacer, 2012). Dengan aplikasi teknologi tingkat tinggi pada pembuatan intan dapat
memungkinkan guna mengkombinasikan cita rasa seni, perancangan, dan keunikan
tersendiri. Hal inilah yang perlu diperhatikan. Jangan
sampai karena kemajuan teknologi membutakan mata konsumen sehingga tidak dapat
membedakan intan asli dan imitasi.
Intan (dalam bahasa
Yunani artinya “tak tertaklukkan”) adalah batu mulia satu-satunya yang terbuat
dari satu elemen yaitu koolstof atau zat arang yang tulen yang juga terdapat pada makhluk hidup serta
berbagai macam batuan yang dibentuk oleh alam dalam kondisi temperatur dan
tekanan bumi yang sangat tinggi selama miliaran tahun hingga muncul berlian
yang kita kenal saat ini (Pudjatmaka, 1999). Mula-mula nama julukan intan asal Yunani tersebut ditujukan untuk
baja yang dianggap sebagai barang yang paling keras. Namun setelah menyadari kekerasan intan melebihi baja maka nama itu
diambil ahli oleh intan. Nilai keras intan adalah 10 dalam daftar keras Mohs
dan berat jenisnya 3,5 sampai 3,52 (Shacer, 2012). Berlian
berasal dari bagian terdalam gunung berapi yang juga mengandung atom dan
karbon. Pada kenyataannya berlian merupakan kristal transparan yang mengikat
empat bagian karbon atom. Batu berlian terbawa kepermukaan bumi melalui letusan
volkanik. Menurut penelitian, naiknya berlian kepermukaan bumi dikarenakan batu
yang mencair. Berlian dikembangkan dari bermil-mil bagian dalam permukaan bumi,
pada kerendahan 150 km (90 mil), pada tekanan kira-kira 5 giga pascal dengan
temperatur sekitarnya 1200 derajat celcius (2200 derajat Fahrenheit) (Riawan, 2013). Berlian bisa menjadi bentuk alami lain sesuai tingginya tekanan,
secara relatif pada saat temperatur rendah. Namun sangat disayangkan berlian
tidak bisa terbentuk dari bawah laut.
Bibliography
Pudjatmaka, A. (1999). Kimia
organik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Riawan, D. (2013). Kimia ORganik untuk
Mahasiswa Kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara Publiser.
Shacer, R. (2012). Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Penerbit Erlangga.